Apakah Sulit Menjadi Guru?
Menurut buku berjudul “Menjadi Guru Itu Mengasyikkan”, istilah “Guru” mengacu pada figur yang bukan hanya mengajar melainkan juga mendidik. tidak hanya mentransfer materi-materi pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, melainkan juga mendidik tentang ilmu ilmu sosial kehidupan.
Lalu apakah sulit menjadi Guru?
ilustrasi image:pixabay.com |
Kesulitan menjadi guru lahir karena beberapa sebab:
- Kesulitan muncul karena pendidikan adalah tanggungjawab bersama: guru, murid, pemerintah, pemilik sekolah (swasta), dan orangtua. Ketidakseriusan, kekurangmampuan, ketidakpedulian salah satu pihak otomatis memaksa pihak-pihak lain untuk bekerja lebih keras agar proses pendidikan dapat melahirkan buah yang manis
- Kesulitan muncul karena guru berhadapan dengan manusia. Murid-murid memiliki respon dan pandangan yang berbeda satu sama lainnya terhadap yang disampaikan oleh guru dan hal hal yang terjadi di sekolah. Beragam pandangan tentang bayak hal, jika mau dilihat secara negatif, lumayan bikin pusing namun jika mau bersikap positif, kita akan temukan bahwa perbedaan tersebut sangat memperkaya kehidupan.
- Kesulitan lahir karena jam kerja yang cukup tinggi. Mengajar mungkin hanya berlangsung selama jam kerja resmi saja dan tugas diluar mengajar cukup banyak; sebagai contoh; menemani murid untuk ikut lomba, bertanggungjawab atas kegiatan ekstra kulikuler dan lain sebagainya yang jika dilakukan dengan teliti sangat menguras waktu. akan tetapi ingatlah bahwa guru juga memiliki waktu libur yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan profesi lainnya.
- Perbandingan banyaknya guru dan murid yang terlalu tinggi. Di banyak sekolah, seorang guru menghadapi sekitar 40-50 murid per kelas dan mengajar minimal tiga kelas. Situasi seperti ini membuat seorang guru sangat sulit memberikan yang terbaik, bahkan untuk memberikan yang baikpun kadang cukup sulit. dalam beberapa kejadian, guru bahkan tidak mampu mengingat nama muridnya.
- Rasa frustasi terhadap sistem. Guru adalah sosok yang paling mengenal kebutuhan muridnya dan waktu yang tepat untuk memberikan kebutuhan tersebut. Bagaimanapun di banyak sekolah, guru tidak dilibatkan dalam mengambil keputusan. Frustasi akan meningkat jika pada akhirnya guru adalah pihak yang ditutup aksesnya untukberpartisipasi dalam mengambil keputusan sekaligus pihak yang paling merasakan efek dari keputusan yang diambil.
- Isi kurikulum yang terlalu mengikat. semangat guru untuk memberi lebih dari apa yang ditetapkan oleh kurikulum seringkali tidak bisa ditindak lanjuti. Hal ini kerap terjadi karena proses pengajaran yang berlangsung biasanya bertujuan agar murid bisa menjawab pertanyaan yang diajukan dalam ujian, bukan supaya murid memperoleh pengertian.Keberhasilan murid dalam ujian, terutama UAN, sangat berpengaruh terhadap reputasi sekolah dan dalam kenaikan pengkat kepala sekolah atau guru.